Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : "Tentang orang yang marah-marah apabila ditimpa suatu musibah ?"
Jawaban.
Manusia terbagi menjadi empat tingkatan dalam menghadapi musibah.
Tingkatan Pertama : Marah-Marah
Ini terbagi kepada beberapa macam:
1. Terjadi di dalam hati, misalnya jengkel terhadap Rabb-nya karena
taqdir buruk menimpanya. Ini haram hukumnya, terkadang bisa
menjerumuskan kepada kekufuran. Allah Ta'ala berfirman. :
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُ
خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انقَلَبَ عَلَىٰ
وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ
"Artinya : Di antara manusia ada yang menyembah Allah dengan berada di
tepi, maka jika memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keaadaan itu,
dan jika ditimpa suatu bencana berbaliklah ia ke belakang. Ia rugi dunia
dan dan di akhirat" [Al-Hajj : 11]
2. Dengan lidah, misalnya meminta celaka dan binasa dan yang semisal itu. Ini juga haram.
3. Dengan anggota tubuh seperti menampar pipi, merobek saku, menjambak
rambut dan semisalnya. Semua ini haram karena bertentangan dengan sabar
yang merupakan kewajiban.
Tingkatan Kedua : Bersabar
Seperti diucapkan oleh seorang penyair ; sabar seperti namanya, pahit
rasanya tetapi lebih manis akibatnya dari pada madu. Maka orang ini akan
melihat bahwa suatu musibah itu berat, namun ia tetap menjaga imannya
sehingga tidak marah-marah, meski ia berpandangan bahwa adanya musibah
itu dan ketiadaannya tidaklah sama. Ini hukumnya wajib karena Allah
Ta'ala memerintahkan untuk bersabar.
Dia berfirman :
وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
"Artinya : Bersabarlah kalian, sesunguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar" [ Al-Anfal : 46]
Tingkatan Ketiga : Ridha
Yakni manusia ridha dengan musibah yang menimpanya. Ia berpandangan
bahwa ada dan tidaknya musibah sama saja baginya, sehingga adanya
musibah tadi tidak memberatkannya. ia pun tidak merasa berat memikulnya.
Ini dianjurkan dan tidak wajib menurut pendapat yang kuat. Perbedaan
tingkatan ini dengan tingkatan sebelumnya nampak jelas karena adanya
musibah dan tidak adanya sama saja dalam tingkatan ridha. Adapun pada
tingkatan sebelumnya, jika ada musibah dia merasakan berat, namun ia
tetap bersabar.
Tingkatan Keempat : Bersyukur
Ini merupakan tingkatan yang paling tinggi. Di sini seseorang bersyukur
atas musibah yang menimpanya karena ia memahami bahwa musibah ini
menjadi sebab pengampunan kesalahan-kesalahannya bahkan mungkin malah
menambah kebaikannya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Tidaklah satu musibah menimpa seorang muslim kecuali
dengannya Allah mengampuni dosa-dosanya sampai sebuah duripun yang
menusuknya"
[Disalin kitab Al-Qadha' wal Qadar edisi Indonesia Tanya Jawab Tentang
Qadha dan Qadar, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin',
terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Abu Idris]
0 komentar:
Post a Comment