Oleh
Syaikh Abdul Mu'min bin Muhammad An-Nu'man
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَا أَرَى الْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ
مِنَ الْغَائِبِينَ﴿٢٠﴾لَأُعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا شَدِيدًا أَوْ
لَأَذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ﴿٢١﴾فَمَكَثَ
غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطْتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ
سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ﴿٢٢﴾إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ
وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ﴿٢٣﴾وَجَدْتُهَا
وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ
الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا
يَهْتَدُونَ﴿٢٤﴾أَلَّا يَسْجُدُوا
لِلَّهِ الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا
تُعْلِنُونَ﴿٢٥﴾اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ
الْعَظِيمِ
"Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata : "Mengapa aku tidak
melihat Hud-hud apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku
benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar
menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan yang
terang". Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata :
"Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya ; dan
kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan
dia dianugrahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku
mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah ; dan
syaithan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan
mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak
dapat petunjuk. Agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa
yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu
sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan (yang berhak
disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arsy yang besar"
[An-Naml/27 : 20 - 26]
Tergerak dari sebuah rasa kecemburuan terhadap penyimpangan akidah dalam
hati seekor burung ketika ia merasa enggan melihat seseorang bersujud
dan menyembah kepada selain Allah. Yang mana hal tersebut dilandasi
dengan dasar ilmu bahwa penyembahan yang dilakukan kepada selain Allah
adalah perbuatan sia-sia dan merupakan kebinasaan. Inilah suatu
kebenaran yang nyata dan wajib untuk diketahui oleh semua orang.
(Kemudian timbul pertanyaan) bagaimana mereka bisa sujud kepada selain
Allah, menundukkan kepala-kepala mereka dan merendahkan (dengan rasa
hina) leher-leher mereka dihadapan mahluk-mahluk Allah ? semestinya
kepala-kepala dan leher harus terangkat, tubuh harus berdiri tegak
dihadapan makhluk Allah. Karena seluruh mahluk adalah sama derajatnya
dihadapan Allah dalam permasalahan ubudiyah (penghambaan) meskipun dalam
masalah setatus derajat kehidupan di dunia mereka berada. Maka kening
itu tidak boleh ditundukkan kecuali hanya kepada Allah saja, punggung
tidak boleh dimiringkan dan ditundukan dengan rasa hina kecuali hanya
kepada Dzat Yang Maha Pemberi Kehidupan. Itulah kemuliaan yang telah
Allah berikan kepada manusia yang mulia. Ubudiyah (peribadatan) bagi
manusia adalah sebuah kedudukan yang tinggi dan tidaklah dipilih hak dan
pelaksanaan peribadatan itu kecuali oleh orang-orang yang berilmu.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah diberikan penawaran oleh
Allah 'Azza wa Jalla antara menjadi seorang Raja (penguasa) dan Rasul
(utusan) atau sebagai seorang Hamba dan Rasul (utusan). Maka Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam memilih sisi ubudiyah (penghambaan) yaitu
sebagai seorang hamba yang di utus, karena beliau mengetahui hakikat
dari ubudiyah, dan bagaimana mungkin beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam tidak mengetahui hal tersebut sedangkan beliau adalah sebagai
orang yang mengajarkan Al-Hikmah (Al-Qur'an dan Sunnah).
Pada hakikatnya burung Hud-hud ini adalah salah satu sosok makhluk Allah
yang beriman, artinya bahwa ia tidak mengetahui yang patut disembah
kecuali hanya Allah semata. Sebagaimana firman Allah.
وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ
"Dan tak ada satupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka" [Al-Isra/17 : 44]
Dan sebuah kenyataan bahwa burung Hud-hud ini memiliki ilmu dan mengenal
beberapa perkara yang samar dimana urusan tersebut tidaklah dikenal
kecuali oleh kalangan Ahlul ilmi (orang-orang yang berilmu). Tidaklah
Hud-hud ketika melewati pada suatu kaum musyrik dengan sikap sebagaimana
orang-orang yang tidak peduli dengan keberadaan kaum yang mereka lewat
dihadapannya, tidak pula terburu-buru dalam menafsirkan keadaan kaum
tersebut, dengan mengatakan : "Mereka adalah orang-orang bodoh dan
dungu". Akan tetapi Hud-hud bergerak dan pergi dengan perlahan-lahan
kemudian datang melaporkan kejadian yang baru ia saksikan kepada Nabi
Allah Sulaiman 'Alaihisallam dengan kabar yang yakin (tidak diragukan
kebenarannya).
Ada pendapat yang mengatakan : Bahwasanya Hud-hud adalah hewan yang
telah dipersiapkan secara khusus dan termasuk salah satu dari golongan
pasukan Nabi Sulaiman yang bertugas khusus dalam hal pengintaian
(menjaga serta mengawasi) dan memiliki kedudukan sebagai mahluk yang
berakal dan berilmu.
Bisa jadi perkataan itu benar. Akan tetapi yang paling penting dalam
kasus di atas adalah sikap marah dan perlawanan yang dimiliki dan
diberikan oleh seekor burung terhadap penyimpangan tauhid yang terjadi.
Sementara di lain pihak kita melihat dan menemukan sebagian manusia dari
kalangan orang-orang Islam yang melewati dan melihat kejadian
sebagaimana yang dialami burung Hud-hud ini tanpa ada rasa marah dan
ingkar dalam diri mereka. Bahkan terkadang mereka membenarkan sikap
orang-orang yang bersalah dan tersesat dari jalan tauhid.
Allah Allah (saja yang dimintai pertolongan), seandainya burung Hud-hud
ini melewati pada sebagian negeri-negeri kaum muslimin pada zaman
sekarang dan melihat sikap mereka bergegas untuk mendatangi
tempat-tempat yang diagungkan seperti perkuburan-perkuburan, kubah-kubah
(sejenis bangunan untuk menutupi atas kuburan tertentu). Dan seandainya
Hud-hud mendengar teriakan-teriakan mereka tersebut ..... dari sebagian
kaum muslimin yang menyeru kepada selain Allah !!!
Sungguh suatu realita pahit yang sangat disayangkan ; lalu kapan kaum
muslimin akan sadar dan memperhatikan hal ini .... Demikian pula para
Da'i Islam ??
[Disalin dari Majalah : Al Ashalah edisi 15-16 hal 49-50, diterjemahkan
oleh Majalah Adz-Dzkhiirah Al-Islamiyah Edisi : Th. I/No. 03/Dzulhijjah
1423/Februari 2003, hal 11-12. Terbitan Ma'had Ali Al-Irsyad - Surabaya]
0 komentar:
Post a Comment