Oleh
Ustadz Abu Nida`Chomsaha Sofwan
KEBERADAAN JIN
Jin termasuk perkara ghaib yang wajib kita imani keberadaannya, karena
dalil-dalil Al Qur`an dan As Sunnah telah menjelaskannya. Ini termasuk
di antara asas akidah Islam, yaitu beriman kepada perkara ghaib. Bahwa
beriman kepada yang ghaib merupakan salah satu sifat orang-orang yang
bertakwa, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
الــم {1} ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ ِفيهِ هُدَى لِلْمُتَّقِينَ {2}
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ {3}
"Alif laam miim. Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada
yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang
Kami anugerahkan kepada mereka". [Al Baqarah : 1-3].
Perkara ghaib, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Mas‘ud, ialah seluruh
perkara yang ghaib yang telah diberitakan Allah dan RasulNya kepada
kita. Begitu pula dengan keberadaan jin, bahwa Allah dan RasulNya telah
mengabarkan melalui Al Qur`an ataupun hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam.
1). Dari Al Qur`an, di antaranya:
وَإِذْ صَرَفْنَآ إِلَيْكَ نَفَرًا مِّنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْءَانَ
"Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur`an". [Al Ahqaf : 29].
يَامَعْشَرَ الْجِنِّ وَاْلإِنسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنكُمْ
يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَاتِي وَيُنذِرُونَكُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ
هَذَا
"Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul
dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan
memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini". [Al
An‘am : 130]
قُلْ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْءَانًا عَجَبًا
"Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan
jin telah mendengarkan (Al Qur`an), lalu mereka berkata, ‘Sesungguhnya
kami telah mendengarkan Al Qur`an yang menakjubkan’" [Al Jin : 1].
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ اْلإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta
perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu
menambah bagi mereka dosa dan kesalahan".[Al Jin : 6]
2). Dari As Sunnah, di antaranya :
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu
'anhu, dia berkata: “Pada suatu malam, kami pernah bersama Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu kami kehilangan dirinya. Maka kami
pun mencari-cari Beliau di lembah-lembah dan di jalan-jalan di gunung
(namun tidak menemukan Beliau), sehingga kami berkata,’Beliau dibawa
terbang jin, atau Beliau telah dibunuh secara rahasia’. Maka kami
melewati malam itu sebagai sejelek-jelek malam yang dialami suatu kaum.
Tatkala datang pagi, tiba-tiba Beliau muncul dari arah gua Hira’. Maka
kami berkata,’Wahai, Rasulullah! (Semalam) kami kehilangan dirimu, lalu
kami mencari-carimu, tetapi tidak menemukanmu, maka kami melewati malam
itu sebagai sejelek-jelek malam yang dialami suatu kaum’. Beliau
berkata,‘Seorang utusan jin mendatangiku, maka aku pun pergi bersamanya
(mendatangi para jin), lalu aku membacakan Al Qur`an kepada mereka’.”
Ibnu Mas‘ud berkata,”Lalu Beliau mengajak kami dan memperlihatkan kepada
kami bekas mereka (jin) dan bekas api mereka.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Tidak ada satupun dari segolongan
kaum muslimin yang berpendapat lain dalam masalah eksistensi jin, dan
tidak pula dalam masalah bahwa Allah telah mengutus Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam kepada mereka. Mayoritas kaum kafir juga telah
mengakui eksistensi mereka. Adapun ahli kitab dari kalangan Yahudi dan
Nasrani, mereka menetapkan keberadaan jin sebagaimana kaum muslimin
menetapkannya, meskipun di antara mereka ada yang mengingkarinya,
sebagaimana di antara kaum muslimin (juga) ada yang mengingkarinya ...
seperti Jahmiyah dan Mu‘tazilah. Namun sebagaian besar golongan dan para
imam mereka menetapkannya. Hal itu, karena keberadaan jin telah
mutawatir disebutkan dalam berita-berita para nabi dengan sifat
mutawatir yang dimaklumi secara dharuri. Dan telah dimaklumi secara
dharuri, bahwa mereka (para jin) hidup dan berakal, melakukan perbuatan
dengan kehendak mereka, dan bahkan mereka (juga) diperintah dan
dilarang. Mereka bukanlah sifat-sifat atau gejala-gejala yang menimpa
pada manusia atau selainnya, sebagaimana yang dinyatakan oleh para
mulhid (atheis). Karena masalah jin ini telah mutawir beritanya dari
para nabi dengan sifat mutawatir yang telah dikenal oleh orang awam
maupun khas, maka tidak mungkin satu pun golongan yang menisbatkan diri
kepada para rasul yang mulia untuk mengingkari keberadaan jin”. [Majmu‘
Fatawa, XIX:13].
ALAM JIN ADALAH ALAM YANG TERSENDIRI
Alam jin merupakan alam tersendiri, yang bukan alam manusia dan bukan
pula alam malaikat. Dari bentuk fisiknya, pandangan mata manusia tak
mampu melihatnya. Itulah sebabnya mereka dinamakan jin, dikarenakan
ketertutupan (ijtinan) fisiknya dari pandangan mata manusia. Di dalam Al
Qur`an, Allah berfirman, yang artinya : …… Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka…… . [Al A‘raf : 27].
Meski antara manusia dan jin berbeda alam, tetapi antara jin dan manusia
terdapat titik persamaan, yaitu memiliki sifat berakal dan berpikir,
mempunyai kemampuan yang sama untuk memilih jalan yang baik dan jalan
yang buruk. Meski terdapat sifat yang sama, tetapi dalam banyak hal, jin
juga memiliki perbedaan dengan manusia. Dan yang terpenting ialah dalam
masalah asal penciptaannya.
Allah Azza wa Jalla mengabarkan, jin diciptakan dari api, yang artinya :
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat
panas. [Al Hijr : 27]
وَخَلَقَ الْجَآنَّ مِن ماَّرِجٍ مِّن نَّارٍ
"Dia menciptakan jin dari nyala api". [Ar Rahman : 15]
Ibnu Katsir menyebutkan, bahwa Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, dan Al
Hasan Al Bashri serta yang lainnya menafsirkan kalimat “min marij min
nar” dalam ayat di atas sebagai “bagian ujung dari lidah api”. Dalam
riwayat lain disebutkan “dari bagian inti api”.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari ‘Aisyah
Radhiyallahu 'anha, dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda :
خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
"Malaikat diciptakan dari cahaya, Jan (nenek moyang jin) diciptakan dari
nyala api, dan Adam (nenek moyang manusia) diciptakan dari apa yang
telah disebutkan (dalam Al Qur`an) kepada kalian".
KEMAMPUAN-KEMAMPUAN YANG DIBERIKAN ALLAH KEPADA JIN
Allah telah memberikan kepada jin kemampuan-kemampuan yang tidak
diberikan kepada manusia. Sebagian kemampuan tersebut di antaranya
ialah:
a). Mampu bergerak dan berpindah dengan sangat cepat.
‘Ifrit dari golongan jin pernah berjanji kepada Nabi Sulaiman
Alaihissallam untuk menghadirkan singgasana Ratu Saba di Yaman ke Baitul
Maqdis hanya dalam waktu seseorang berdiri dari duduknya; sebelum mata
berkedip. Dalam Al Qur`an Allah berfirman, yang artinya : Berkata ‘Ifrit
(yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat
dudukmu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat membawanya lagi dapat
dipercaya” Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku
akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka
tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun
berkata: “Ini termasuk karunia Rabb-ku…… ”. [An Naml : 39-40].
b). Mendahului manusia dalam mencapai ruang angkasa.
Sudah sejak lama jin mampu naik ke tempat-tempat di langit dunia, lalu
di sana mereka mencuri dengar berita-berita langit untuk mengetahui
peristiwa sebelum terjadinya. Tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam diutus, maka langit diperketat penjagaannya. Allah berfirman,
yang artinya : Dan sesungguhnya kami (para jin) telah mencoba mengetahui
(rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang
kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki
beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan
(berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba)
mendengar-dengarkan (seperti itu), tentu akan menjumpai panah api yang
mengintai (untuk membakarnya). [Al Jin:8-9].
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan cara mereka mencuri dengar berita-berita langit.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,”Apabila Allah
menetapkan perintah di atas langit, para malaikat mengepak-ngepakkan
sayap-sayapnya karena patuh kepada firmanNya, seolah-olah firman (yang
didengar) itu seperti gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas
batu, sehingga memekakkan mereka. Tatkala hati mereka telah hilang dari
rasa takut, mereka bertanya,’Apa yang baru saja difirmankan oleh
Tuhanmu?’ Mereka menjawab,’(Perkataan) yang benar, dan Dia Maha Tinggi
lagi Maha Besar’. Ketika itulah, (jin-jin) pencuri berita (wahyu) itu
mendengarnya. Keadaan mereka seperti ini. Sebagian mereka bertumpu di
atas sebagian yang lain -Sufyan bin Uyainah (salah seorang perawi hadits
ini) menggambarkannya dengan telapak tangannya, ia merenggangkannya dan
membuka jari-jemarinya-. Maka ketika (jin-jin) pencuri berita (yang di
atas) mendengar kalimat (firman) itu, mereka lalu menyampaikannya kepada
yang ada di bawahnya, dan demikian seterusnya hingga disampaikan ke
mulut tukang sihir atau tukang ramal. Akan tetapi, kadangkala para
pencuri berita itu terkena syihab (panah-panah api) sebelum sempat
menyampaikan berita yang disadapnya itu. Dan kadangkala mereka sudah
sempat menyampaikannya sebelum terkena syihab. Lalu dengan satu kalimat
yang didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal melakukan
seratus macam kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang sihir atau
tukang ramal berkata),’Bukankah dia telah memberitahukan kepada kita,
bahwa pada hari anu akan terjadi peristiwa anu (dan itu benar-benar
terjadi)?’ Sehingga dipercayalah tukang sihir atau tukang ramal tersebut
karena satu kalimat yang telah didengar dari langit”.
c). Pengetahuan jin tentang teknologi.
Allah mengabarkan bahwa Dia telah menundukkan bangsa jin untuk Nabi
Sulaiman Alaihissallam. Bangsa jin banyak melakukan pekerjaan-pekerjaan
untuk beliau yang menuntut kemampuan, kepandaian dan kemahiran atau
keahlian. Allah berfirman, yang artinya : Dan sebahagian dari jin ada
yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaanya) dengan izin Rabb-nya.
Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami
membuatnya merasakan azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu
membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang
tinggi dan patung-patung, dan piring-piring yang (besarnya) seperti
kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). [Saba` : 12-13].
Ibnu Taimiyah menyebutkan, ada seorang syaikh, yang dahulu mempunyai
hubungan dengan jin telah menyampaikan kepada beliau, bahwa bangsa jin
telah memperlihatkan kepadanya suatu benda yang bercahaya seperti air
dan pelita. Mereka menampakkan kepadanya di dalam benda itu
berita-berita yang dia inginkan, lalu dia menyampaikannya kepada
orang-orang. Mereka (jin) juga menyampaikan kepadanya perkataan
sahabat-sahabatnya yang meminta tolong kepadanya, lalu dia menjawabnya,
dan para jin itu menyampaikan jawabannya itu kepada para sahabatnya
tersebut. [Majmu ‘ Fatawa XI:309].
d). Kemampuan untuk beralih rupa atau bentuk.
Jin memiliki kemampuan beralih rupa atau bentuk, ke bentuk manusia dan
hewan. Mereka pernah mendatangi kaum musyrikin dalam wujud Suraqah bin
Malik untuk menjanjikan kemenangan bagi mereka. Demikian pula, sejumlah
sahabat, di antaranya Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, pernah didatangi
mereka dalam wujud orang tua yang ingin mencuri zakat yang sedang
dijaganya. Mereka dapat beralih rupa menjadi unta, keledai, sapi, anjing
atau kucing. Seringnya mereka berubah bentuk menjadi anjing hitam dan
kucing. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan, bahwa
lewatnya anjing hitam di depan orang yang shalat memutuskan shalat orang
itu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan sebabnya :
الْكَلْبُ الأَسْوَدُ شَيْطَانٌ
"Karena anjing hitam itu setan".
Jin sering berubah menjadi hewan, lalu menampakkan diri kepada manusia.
Karena itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang membunuh
ular yang muncul di dalam rumah, sebab dikhawatirkan itu merupakan
jelmaan jin yang telah masuk Islam. Dalam Shahih Muslim diriwayatkan
dari Abu Sa ‘id Al Khudri, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda :
إِنَّ بِالْمَدِينَةِ جِنًّا قَدْ أَسْلَمُوا فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهُمْ
شَيْئًا فَآذِنُوهُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَإِنْ بَدَا لَكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ
فَاقْتُلُوهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ
"Sesungguhnya di Madinah ini ada segolongan jin yang telah masuk Islam.
Jika kalian melihat satu dari mereka, maka mintalah kepada mereka untuk
keluar (dalam jangka waktu) tiga hari. Jika ia tetap menampakkan diri
kepada kalian setelah itu, maka bunuhlah ia, karena sesungguhnya dia itu
setan".
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengecualikan untuk ular
tertentu. Dari Abu Lubabah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda :
لاَ تَقْتُلُوا الْجِنَّانَ إِلاَّ كُلَّ أَبْتَرَ ذِي طُفْيَتَيْنِ فَإِنَّهُ يُسْقِطُ الْوَلَدَ وَيُذْهِبُ الْبَصَرَ فَاقْتُلُوهُ
"Janganlah kalian (langsung) membunuh ular (di dalam rumah), kecuali
setiap ular yang terpotong (pendek) ekornya dan memiliki dua garis di
punggungnya, karena ular jenis ini dapat menggugurkan kandungan dan
membutakan mata. Maka bunuhlah ia".
e). Setan mengalir dalam tubuh Bani Adam sebagaimana mengalirnya darah di urat nadi.
Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim, dari Anas, dia
berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ
"Sesungguhnya setan mengalir dalam tubuh manusia sebagaimana mengalirnya darah".
KELEMAHAN DAN KETIDAKMAMPUAN JIN
Sebagaimana halnya manusia, jin juga memiliki kekuatan dan kelemahan.
Sebagian di antara kelemahan jin yang disebutkan Allah dan RasulNya
ialah :
a). Jin tidak memiliki kemampuan untuk menundukkan hamba-hamba Allah yang shalih.
Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak memberikan kemampuan kepada setan untuk
menguasai manusia dan memaksakan kepada mereka kesesatan dan kekafiran.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya : Sesungguhnya
hamba-hambaKu, kamu (setan) tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan
cukuplah Rabb-mu sebagai Penjaga. [Al Isra` : 65].
وَمَاكَانَ لَهُ عَلَيْهِم مِّن سُلْطَانٍ إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَن يُؤْمِنُ بِاْلأَخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ …
"Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah
agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan
akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu". [Saba` : 21].
Artinya, setan tidak mempunyai jalan untuk menguasai manusia, baik dari
sisi hujjah maupun dari sisi kemampuan. Kenyataan ini telah diakui
sendiri oleh setan.
قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي اْلأَرْضِ
وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
"Iblis berkata: “Ya, Rabb-ku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa
aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka (manusia) memandang baik
(perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". [Al
Hijr : 39-40].
Adapun yang mampu mereka kuasai hanyalah hamba-hamba yang rela dengan
pemikiran setan, mengikutinya dengan penuh kerelaan dan ketaatan. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya : Sesungguhnya hamba-hambaKu
tidak ada kekuasaan bagimu (setan) terhadap mereka, kecuali orang-orang
yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat. [Al Hijr : 42].
أَلَمْ تَرَ أَنَّآ أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا
"Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu
kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka membuat maksiat dengan
sungguh-sungguh". [Maryam : 83].
b). Setan takut dan lari dari sebagian hamba Allah.
Jika Islam telah tertancap kuat pada seorang hamba, iman telah tegak di
dalam hatinya, dan dia senantiasa menjaga batasan-batasan yang telah
digariskan Allah, maka setan akan menjauh dan lari darinya. Sebagaimana
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin Al
Khaththab: “Sesungguhnya setan takut kepadamu, wahai Umar”. [HR At
Tirmidzi, no. 2913].
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda tentang
Umar: “Sesungguhnya aku telah benar-benar melihat bahwa setan dari
kalangan jin dan manusia benar-benar lari dari Umar”. [HR At Tirmidzi,
no. 2914].
c). Jin ditundukkan untuk Nabi Sulaiman Alaihissallam.
Allah telah menundukkan sebagian golongan jin dan setan untuk Nabi
Sulaiman Alaihissallam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang
artinya : Kemudian kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan
baik menurut ke mana saja yang dia kehendaki, dan (Kami tundukkan pula
kepadanya) setan-setan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan setan
yang lain yang terikat dalam belenggu. [Shad : 36-38].
Semua itu sebagai wujud dikabulkannya doa Nabi Sulaiman :
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لاَّيَنبَغِي لأَحَدٍ مِّن بَعْدِي …
"Ia berkata: “Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku
kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku". [Shad :
35].
d). Jin tidak mampu menciptakan mukjizat.
Jin tidak mampu berbuat sesuatu yang setara dengan mukjizat yang dibawa
oleh para rasul untuk menunjukkan kebenaran risalah yang mereka bawa.
Tatkala sebagian orang-orang kafir menilai bahwa Al Qur’an merupakan
buatan setan, maka Allah berfirman, yang artinya : Dan Al Qur`an itu
bukanlah dibawa turun oleh setan-setan. Dan tidaklah patut mereka
membawa turun Al Qur`an itu, dan mereka pun tidak akan mampu.
Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar Al Qur`an itu.
[Asy Syuara’ : 210-212].
e). Jin tidak bisa menyerupai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam mimpi seseorang.
Di dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah
Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau
bersabda :
مَنْ رَآنِي فيِي المْمَنَامِ فَقَدْ رآنِي ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلَ بِي
"Barangsiapa melihatku dalam mimpinya, maka sungguh dia telah melihatku
(bukan setan yang menyerupaiku), karena sesungguhnya setan tidak mampu
menyerupai diriku".
Zhahir dari hadits ini dan hadits-hadits lain yang semakna menunjukkan,
bahwa setan tidak mampu meniru bentuk dan rupa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam. Namun tidak berarti ia tidak mampu meniru bentuk dan
rupa orang selain Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu mengaku
sebagai Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu,
seseorang yang bermimpi melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
tidak boleh memastikan bahwa dia benar-benar telah bermimpi melihat
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berdalil dengan hadits-hadits
tersebut, kecuali orang yang dilihatnya dalam mimpi itu memiliki
ciri-ciri yang sama dengan ciri-ciri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam yang disebutkan dalam kitab-kitab hadits.
f). Jin tidak mampu menembus batasan-batasan tertentu di ruang angkasa.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya : Hai jamaah jin dan
manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
maka lintasilah. Kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kepada kamu, (jin
dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga, maka kamu tidak
dapat menyelamatkan diri (darinya). [Ar Rahman : 34-35].
g). Jin tidak mampu membuka pintu yang ditutup dengan membaca bismillah.
Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya, dari Jabir bin Abdullah
Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda :
إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ
فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ فَإِذَا ذَهَبَتْ سَاعَةٌ مِنْ
اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ
اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا
"Jika gelapnya malam telah merayap datang atau waktu senja telah datang,
maka tahanlah anak-anak kecil kalian, karena para setan mulai menyebar
pada waktu itu. Dan jika telah berlalu satu waktu dari malam, maka
lepaskanlah mereka. Dan tutuplah pintu-pintu dengan menyebut nama Allah,
karena setan tidak mampu membuka pintu yang ditutup".
Demikian penjelasan singkat tentang jin, yang keberadaannya harus kita
imani sebagai makhluk ghaib yang diciptakan Allah Azza wa Jalla. Sebagai
makhluk, maka setiap perbuatan yang dilakukan oleh jin, pasti
sepengetahuan dan atas izin Allah Azza wa Jalla .
Maraji’:
‘Alam Al Jin Wa Asy Syayathin, oleh Syaikh Al Asyqar.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04//Tahun IX/1426H/2005M. Penerbit
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp.
0 komentar:
Post a Comment