Allah Subhanahu wa Ta’ala memang benar-benar telah memuliakan kaum
Muslimin hanya dengan Islam. Sebagaimana Amirul-Mukminin 'Umar
Ibnul-Khaththab telah berkata: "Sesungguhnya Allah telah memuliakan kami
dengan Islam, dan jika kami mencari kemuliaan selain Islam, maka pasti,
Allah akan menghinakan kami".
Demikianlah, jika kaum Muslimin iltizam (berpegang teguh) dengan agama
ini, niscaya kita menjadi umat paling mulia, bahkan menjadi penguasa di
muka bumi, sehingga umat-umat yang lain akan takluk dan tunduk.
Sebaliknya, jika kaum Muslimin merasa hina dan merasa rendah dengan
Islam, niscaya kita menjadi umat yang terhina, terbelakang dan menjadi
umat tertindas, yang bergantung kepada umat yang lain.
Adapun kemuliaan itu, tidak akan diraih, kecuali dengan benar-benar
kembali kepada agama yang haq dan iltizam dengannya. Oleh karena itu,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan agar kita
tidak melakukan sesuatu yang menujukkan tasyabbuh (meniru-niru) orang
lain, seperti meniru kaum musyrikin, kuffar, Yahudi, Nashrani, Majusi,
Persia dan selainnya.
Lihatlah! Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah,
kemudian beliau mendapatkan para penduduk Madinah merayakan dua hari
raya Jahiliyah, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:
إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ
Sesungguhnya Allah telah mengganti hari raya kalian dengan dua hari raya yang lebih baik, yaitu'Idul-Fitri dan 'Idul-Adh-ha.
Begitu juga ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat
orang-orang Yahudi berpuasa pada hari 'Asyura, maka beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata di hadapan para sahabatnya:
خَالِفُوا الْيَهُودَ صُومُوا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ
Selisihilah (berbedalah dengan) Yahudi, berpuasalah kalian sehari sebelumnya, atau sesudahnya.
Perhatikan juga, ketika para sahabat membuat penetapan kalender sebagai
pijakan mu'amalah keseharian kaum Muslimin, maka serta merta para
sahabat tersebut meninggalkan kalender Masehi, Farisi dan selainnya,
kemudian sepakat menetapkan kalender Hijriyah sebagai dasar perhitungan,
yaitu dimulai dari hijrahnya Nabi, dari Mekkah ke Madinah. Penetapan
ini dibuat, dengan maksud agar tidak tasyabbuh dengan orang-orang
kuffar. Mengapa para sahabat sampai berbuat demikian?
Jawabnya, karena para sahabat memahami, bahwa tasyabbuh hanya akan
mendorong sikap penghormatan dan kecintaan kepada orang-orang kuffar.
Dan barang siapa yang mencintai mereka, pasti akan binasa.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
Dan barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. [Al-Mâidah/5:51].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu memperingatkan umatnya
untuk tidak bersikap tasyabbuh dengan orang-orang kafir. Di antaranya,
orang-orang Yahudi dan Nashara membangun masjid-masjid (tempat beribadah
mereka) di atas kuburan, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memperingatkan para sahabatnya:
لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ
أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ ألاَ فلاَتتَّخِذُوا القُبُورَ مَسَاجِدَ
Allah telah melaknat Yahudi dan Nashara, karena mereka telah menjadikan
kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid, maka janganlah kalian
menjadikan kuburan sebagai masjid.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang umatnya dari
sikap ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji diri Nabi, karena beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui bahwa kaum Nashara telah
berbuat ghuluw kepada Al-Masih Isa ibnu Maryam, sehingga pada puncaknya,
kaum Nashara menjadikan Isa sebagai ilah (sesembahan) selain Allah.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ
Janganlah kalian bersikap berlebih-lebihan kepadaku sebagaimana kaum
Nashara telah berlebih-lebihan kepada Isa ibnu Maryam. Saya hanyalah
seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan utusan-Nya.
Begitu pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan agar
kita tidak tasyabbuh (meniru) orang-orang kafir dalam masalah makan dan
minum. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang makan dan minum
dengan tangan kiri, karena hal ini merupakan tasyabbuh dengan setan dan
kaum kuffar. Dan beliau memerintahkan makan dan minum dengan tangan
kanan.
Dalam penampilan zhahir, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarang memotong jenggot dan membiarkan kumis, karena kebiasaan ini
juga merupakan sifat orang-orang kafir. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
أَعْفُوْا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ خَالِفُوا الْيَهُوْدَ وَ خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ
Biarkanlah jenggot dan potonglah kumis, selisihilah Yahudi dan Musyrikin
Dalam keseharian, seperti pakaian, cara berjalan, duduk, pemberian nama
dan sebagainya yang merupakan syi'ar, juga tidak luput dari perhatian
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , agar umatnya tidak tasyabbuh
dengan orang-orang kuffar. Ingatlah, bahwa kita diperintahkan hanya
dengan Islam, bukan dengan yang selainnya, karena Islam telah sempurna
dan tidak memerlukan adanya tambahan. Allah Azza wa Jalla berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu. [l-Mâidah/5:3].
Sehingga tasyabbuh dengan orang-orang kuffar, berarti menunjukkan adanya
kekurangan dalam Islam. Maka mencari kesempurnaan melalui orang-orang
kafir, masuk dalam perbuatan kufur nikmat. Allah telah menyempurnakan
dan mengistimewakan Islam di atas agama yang lain, sebagaimana tersirat
dalam Al-Qur`an:
فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ﴿٤٣﴾وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ ۖ وَسَوْفَ
تُسْأَلُونَ
Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan
kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. Dan
sesungguhnya Al-Qur`an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar
bagimu dan bagi kaummu, dan kelak kamu akan diminta pertanggung jawaban.
[Az-Zuhruf/43:43-44].
Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim, baik secara individu maupun
secara menyeluruh, baik sebagai rakyat maupun penguasa untuk berpegang
teguh dengan Islam, menjaganya dengan kuat. Jika kaum Muslimin tidak mau
iltizam dan tidak merasa termuliakan dengan Islam, niscaya kaum
Muslimin akan menjadi orang-orang yang hina dan terhinakan.
Fenomena tasyabbuh dengan orang-orang kafir yang nampak dewasa ini di
kalangan kaum Muslimin pada masa sekarang ini, salah satu contohnya
dalam masalah bahasa. Padahal menggunakan bahasa milik orang-orang kafir
tidak diperbolehkan, kecuali ada kebutuhan yang bersifat dharuri
(terpaksa). Dan keharusan bagi kita, yaitu membiasakan dengan bahasa
Al-Qur`an.
Perhatikan juga kalangan anak-anak muda muslim, banyak yang lebih
menyukai memakai topi di kepalanya daripada mengenakan peci. Padahal
topi merupakan pakaian dan syi'ar kuffar. Kita tidak memiliki
kepentingan untuk mengenakannya. Begitu pula bermacam tulisan asing yang
menempel di pakaian anak-anak dan para pemuda muslim, padahal jika
diterjemahkan, tulisan-tulisan tersebut mengandung arti dan syi'ar agama
mereka. Sungguh memprihatinkan.
Menghadapi kenyataan ini, semestinya kita waspada dan memperingatkan
adanya bahaya yang mengintai aqidah umat. Jika kaum Muslimin melakukan
tasyabbuh, akan menyusahkan manakala ingin membedakan antara kaum
Muslimin dan orang-orang kafir. Padahal, kaum Muslimin adalah
sebaik-baik umat yang telah dimuliakan Allah di muka bumi. Kaum Muslimin
memiliki kemulian, kehormatan dan keagungan, dengan syarat senantiasa
iltizam terhadap ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Renungkanlah kembali firman Allah Azza wa Jalla :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ
أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ
وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Engkau adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik. [Ali Imran/3:110].
Di antara faktor yang dapat menggiring kepada tasyabbuh, misalnya seorang muslim sering melakukan perjalanan ke negeri kafir.
Manakala seorang muslim sering berkunjung ke sana, kemudian melihat yang
ada pada di negeri orang-orang kafir tersebut, maka sangat mungkin
mendorong terjadinya tasyabbuh. Oleh karena itu, seorang muslim jangan
bersafar ke negeri kuffar, kecuali jika benar-benar ada kebutuhan
mendesak dan bersifat darurat. Bila telah sampai di sana, maka harus
tetap bangga dengan Islam, senantiasa menjaga akhlak dan adab Islam,
serta jangan sampai terpengaruh dengan adat dan kerusakan moral mereka.
Faktor lain yang dapat memunculkan tasyabbuh, misalnya adanya campur
baur antara kaum Muslimin dengan orang-orang kafir. Interaksi ini
terjadi karena kedatangan atau kehadiran orang-orang kafir di negeri
muslim. Maka, setiap muslim harus berhati-hati, jangan sampai
terpengaruh dengan adat dan kebiasaan yang mereka bawa. Bahkan sedapat
mungkin kita menyeru dan mendakwahi mereka supaya mengenal dan masuk
Islam.
Begitu juga adanya acara-acara dan siaran-siaran media elektronika yang
menggambarkan dan menampilkan adat, kebobrokan moral, keseharian yang
menyimpang dan bertolak belakang dengan adab-adab Islam, dapat
menimbulkan efek di kalangan kaum Muslimin dan Muslimah, sehingga meniru
dan berperilaku dengan kebiasaan mereka, dalam semua aspek kehidupan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering memperingatkan umatnya
agar selalu menjauihi tasyabuh dan tidak mengekor prilaku mereka dalam
hadits-haditsnya di antaranya
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ
Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal
demi sejengkal. Sampai-sampai, ketika mereka masuk ke lubang biawak
pun, kalian juga akan mengikutinya.
Demikianlah peringatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ! Dan
hendaklah kita berpegang teguh dengan agama yang mulia ini, menjauhi
tasyabbuh dan terus memperingatkan bahaya perbuatan meniru kepada
perilaku orang-orang kafir. Mudah-muadah Allah senantiasa menolong dan
membimbing kita ke arah jalan yang lurus dan diridhai-Nya.
(Diadaptasi oleh Ustadz Abu Ziyad Agus Santoso, dari Khotbah Mimbariyah,
Dr Shalih bin Fauzan Al-Fauzan dengan judul "Wujubu Tamassuki bil-
Islam wa Tarki Tasyabuh bil-Kuffar")
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XI/1428/2007M. Penerbit
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
0 komentar:
Post a Comment