Oleh
Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilaaly
[1]. Abdullah bin Mas'ud
Dari Amru bin Salamah beliau berkata : Kami duduk-duduk di depan rumah
Abdullah bin Mas'ud sebelum Dzuhur lalu jika beliau keluar kami akan
berjalan bersamanya ke masjid, lalu datanglah Abu Musa Al-Atsary dan
berkata : "Apakah Abu Abdurrahman telah menemui kalian ?"
Kami jawab : Belum.
Lalu beliau duduk bersama kami sampai Abdullah bin Mas'ud keluar, ketika
beliau keluar kami semua menemuinya kemudian berkata Abu Musa kepadanya
: "Wahai Abu Abdurrahman saya telah melihat di masjid tadi satu hal
yang saya anggap mungkar dan saya tidak memandangnya
-Alhamudlillah-kecuali kebaikan.
Beliau bertanya : "Apa itu ?"
Dijawab : "Jika engkau hidup niscaya akan melihatnya, aku telah melihat
di masjid suatu kaum berhalaqah, duduk-duduk menanti shalat pada setiap
halaqah ada seorang yang memimpin dan ditangan-tangan mereka ada batu
kerikil, lalu berkata (yang memimpin) : "Bertakbirlah seratus kali dan
mereka bertakbir seratus kali dan berkata " "bertasbihlah seratus kali
dan mereka bertasbih seratus kali".
Berkata Abdullah bin Mas'ud : "Apa yang engkau katakan kepada mereka"
Abu Musa menjawab : "Saya tidak mengatakan sesuatupun pada mereka menunggu perintahmu.
Berkata Abdullah bin Mas'ud : "Mengapa tidak kamu perintahkan mereka
untuk menghitung kejelekan mereka[1] dan aku menjamin mereka tidak ada
kebaikan mereka yang disia-siakan".
Kemudian beliau berjalan dan kami berjalan bersamanya sampai beliau
mendatangi satu halaqah dari pada halaqah-halaqah tersebut dan menghadap
mereka lalu berkata : "Apa ini yang kalian lakukan ?!"
Mereka menjawab : "Wahai Abu Abdirrahman, batu kerikil yang kami pakai untuk menghitung tahlil dan tasbih".
Berkata Ibnu Mas'ud : "Dan aku menjamin tidak akan ada satupun kebaikan
kalian yang tersia-siakan, celakalah kalian wahai umat Muhammad,
alangkah cepatnya kebinasaan kalian, mereka sahabat-sahabat nabi masih
banyak hidup dan ini pakaiannya belum rusak dan bejananya belum hancur
dan demi dzat yang jiwaku di tangannya sesungguhnya kalian berada di
atas agama yang lebih baik dari agama Muhammad atau kalian pembuka pintu
kesesatan".
Mereka berkata : "Demi Allah wahai Abu Abdurrahman, kami tidak
menginginkan kecuali kebaikan, lalu beliau berkata : "Berapa banyak
orang yang menginginkan kebaikan tidak mendapatkannya: Sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya ada
kaum yang membaca Al-Qur'an tidak melebihi tenggorokkannya [2] dan demi
Allah saya rasa tampaknya kebanyakan mereka adalah dari kalian.
Kemudian beliau meninggalkan mereka. Amru bin Salamah berkata : "Aku
telah melihat mayoritas halaqah-halaqah tersebut memerangi kami pada
perang Nahrawan bersama Khawarij" [3]
Disini Abdullah bin Mas'ud telah beragumentasi kepada cikal bakal
Khawarij dengan keberadaaan sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
diantara mereka dan mereka tidak melaksanakan pekerjaan tersebut, sebab
seandainya hal itu merupakan kebaikan sebagaimana yang mereka sangka
tentu sahabat-sahabat nabi telah mendahului mereka untuk melakukannya,
maka itu merupakan kesesatan. Maka seandainya manhaj sahabat bukanlah
hujjah atas orang setelah mereka maka tentu mereka berkata kepada
Abdullah bin Mas'ud : "Kalian rijal dan kami rijal".
[2]. Beliaupun berkata :
Barangsiapa yang mencontoh maka contohlah sahabat-sahabat Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam karena mereka adalah orang-orang dari umat
ini yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling tidak
macam-macam, paling baik contoh teladannya dan paling bagus keadaannya,
mereka adalah suatu kaum yang dipilih oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala
untuk menemani NabiNya Shallallahu 'alaihi wa sallam dan untuk
menegakkan agamaNya, maka akuilah keutamaan mereka dan ikutilah jejak
langkah mereka karena mereka telah berada diatas petunjuk yang lurus.
[3]. Abdullah bin Abbas.
Ketika muncul kelompok Haruriyah (Khawarij) [4] mereka memisahkan diri
di suatu perkampungan, mereka berjumlah 6000 orang dan bersepakat untuk
menyempal (memberontak) dari Ali Radhiyallahu anhu. Orang-orang selalu
mendatangi Ali Radhiyallahu 'anhu dan berkata : Wahai Amirul Mukminin
sesungguhnya kaum tersebut akan memberontak kepadamu. Lalu beliau
menjawab : Biarkan mereka karena saya tidak akan memerangi mereka sampai
mereka memerangi saya dan mereka akan melakukannya. [5]
Pada suatu hari saya (Ibnu Abbas) mendatanginya sebelum shalat dzuhur
dan aku berkata kepada Ali Radhiyallahu 'anhu : Wahai Amirul Mukminin
akhirkan shalat agar saya dapat mengajak bicara mereka. Beliau berkata :
Saya mengkhawatirkan mereka mencelakai kamu. Saya menjawab : Tidak
akan, karena saya seorang yang berakhlak baik dan tidak pernah menyakiti
seorangpun.
Lalu beliau mengizinkan saya, maka saya mengenakan pakaian yang paling
bagus dari pakaian Yaman dan menyisir rambut saya kemudian aku menemui
mereka di perkampungan mereka di tengah hari sedang mereka sedang makan,
lalu saya menemui satu kaum yang saya tidak pernah menemukan kaum yang
lebih bersungguh-sungguh (dalam ibadah) dari mereka, dahi-dahi mereka
hhitam dari sujud, tangan-tangan mereka kasar seperti kasarnya unta dan
mereka mengenakan gamis-gamis yang murah dan tersingkap serta
wajah-wajah mereka pucat menguning.
Lalu saya memberi salam kepada mereka dan mereka menjawab : Selamat datang wahai Ibnu Abbas pakaian apa yang engkau pakai ini ?!
Saya menjawab : Apa yang kalian cela dariku ? Sunnguh saya telah melihat
Rasululla Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat bagus sekali ketika
mengenakan pakaian Yaman, kemudian membacakan firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala.
"Artinya : Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkanNya untuk hamba-hambanNya dan (siapa pulakah yang
menharamkan) rezki yang baik" [Al-A'raaf : 32]
Lalu mereka berkata : Apa maksud kedatangan engkau ?
Saya katakan pada mereka : Saya mendatangi kalian sebagai utusan para
sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dari Muhajirin dan Anshar dan
dari sepupu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menantunya sedangkan
Al-Qur'an turun pada mereka sehingga mereka lebih mengetahui terhadap
ta'wilnya dari kalian dan tidak ada di kalangan kalian seorangpun dari
mereka ; sungguh saya akan menyampaikan kepada kalian apa yang mereka
sampaikan dan saya akan sampaikan kepada mereka apa yang kalian
sampaikan.
Lalu berkata sekelompok dari mereka : Janganlah kalian berdebat dengan
orang Quraisy karena Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Artinya : Sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar" [Az-Zukhruf : 58]
Kemudian bangkit kepadaku sebagian dari mereka dan berkata dua atau tiga
orang : Sungguh kami akan mengajak bicara dia. Saya berkata : Silahkan,
apa dendam kalian terhadap para sahabat Rasulullah dan sepupunya ?
mereka menjawab : Tiga.
Saya katakan : Apa itu ?
Mereka mengatakan : Yang pertama karena dia berhukum kepada orang dalam
perkara Allah Subhanahu wa Ta'ala sedangkan Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman.
"Artinya : Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah..." [Al-An'am : 57]
Saya katakan : Ini satu.
Mereka berkata lagi : Yang kedua karena dia berperang dan tidak menawan
dan merampas harta (yang diperangi), kalau mereka kaum kafir maka halal
menawannya dan kalau mereka kaum mu'minin maka tidak boleh menawan
mereka dan tidak pula memerangi mereka [6]
Saya katakan : Ini yang kedua dan apa yang ketiga ?
Mereka berkata : Dia menghapus gelar Amirul Mu'minin dari dirinya, maka jika dia bukan Amirul Mu'minin, dia Amirul Kafirin.
Saya katakan : Apakah masih ada pada kalian selain ini ?
Mereka menjawab : Ini sudah cukup
Saya katakan kepada mereka : Bagaimana pendapat kalian kalau saya
bacakan kepada kalian bantahan atas pendapat kalian dari Kitabullah dan
Sunnah NabiNya Shallallahu 'alaihi wa sallam, apakah kalian mau kembali ?
Mereka menjawab : Ya.
Saya katakan : Adapun pendapat kalian bahwa dia (Ali) berhukum kepada
orang (manusia) dalam perkara Allah maka saya bacakan kepada kalian ayat
dalam kitabullah dimana Allah menjadikan hukumnya kepada manusia dalam
menentukan harga 1/4 dirham, lalu Allah memerintahkan mereka untuk
berhukum kepadanya. Apa pendapatmu tentang firman Allah :
"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh
binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa diantara kamu
membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan
binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan
dua orang yang adil diantara kamu" [Al-Maa'idah : 95]
Dan hukum Allah diserahkan kepada orang (manusia) yang menghukum dalam
perkara tersebut, dan kalau Allah kehendaki maka dia menghukumnya
sendiri, kalau begitu tidak mengapa seseorang berhukum kepada manusia,
demi Allah Subhanahu wa Ta'ala apakah berhukum kepada manusia dalam
masalah perdamaian dan pencegahan pertumpahan darah lebih utama ataukah
dalam perkara kelinci ? mereka menjawab : Tentu hal itu lebih utama. Dan
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang seorang wanita dan
suaminya.
"Artinya : Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
maka kirimkanlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam
dari keluarga perempuan" [An-Nisaa' : 35]
Demi Allah Subhanahu wa Ta'ala apakah berhukum kepada manusia dalam
perdamaian dan mencegah pertumpahan darah lebih utama dari berhukum
kepada manusia dalam permasalahan wanita ?! Apakah saya telah menjawab
hal itu ?
Mereka berkata : Ya
Saya katakan : Pendapat kalian : "Dia berperang akan tetapi tidak
menawan dan merampas harta perang". Apakah kalian ingin menawan ibu
kalian Aisyah yang kalian menghalalkannya seperti kalian menghalalkan
selainnya, sedangkan beliau adalah ibu kalian ? Jika kalian menjawab :
Kami menghalalkannya seperti kami menghalalkan selainnya maka kalian
telah kafir dan jika kalian menjawab : Dia bukan ibu kami maka kalian
telah kafir, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya :Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari
diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka"
[Al-Ahzab : 6]
Maka kalian berada di dua kesesatan, silakan beri jalan keluar ; Apakah saya telah menjawabnya ?
Mereka berkata : Ya.
Sedangkan masalah dia (Ali Radhiyallahu 'ahu) telah menghapus gelar
Amirul Mukminin dari dirinya, maka saya akan datangkan kepada kalian apa
yang membuat kalian ridha, yaitu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam pada hari perjanjanjian Hudaibiyah berdamai dengan kaum
musyrikin, lalu berkata kepada Ali : Hapuslah wahai Ali (tulisan)
Allahumma Inaaka Ta'alam Ani Rasulullah (wahai Allah sesungguhnya Engkau
mengetahui bahwa aku adalah Rasulullah) dan tulislah (kalimat) Hadza ma
Shalaha Alaihi Muhammad bin Abdillah (ini adalah perjanjian yang
dilakukan oleh Muhammad bin Abdillah)[7] Demi Allah Subhanahu wa Ta'ala
sungguh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih baik dari Ali dan
beliau menghapus (gelar kerasulannya) dari dirinya dan tidaklah
penghapusan tersebut berarti penghapusan kenabian dari dirinya. Apakah
aku telah menjawbnya ?
Mereka berkata : Ya
Kemudian kembalilah dari mereka dua ribu orang dan sisanya memberontak
dan berperang diatas kesesatan mereka lalu mereka diperangi oleh kaum
Muhajirin dan Anshar.[8]
Disini Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhu berargumentasi (berhujjah)
dengan manhaj sahabat dalam menghadapi kaum Khawarij, karena Al-Qur'an
turun kepada mereka, maka mereka adalah orang yang paling mengetahui
tafsirnya dan mereka menemani Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
sehingga menjadi orang yang paling mengikuti jalan beliau. Jawaban
Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhu terhadap syubhat-syubhat Khawarij
dan penjelasan beliau sisi kebenaran dari kebathilan adalah dalil
ilmiyah atas do'a yang telah saya kemukakan dari pengambilan hujjah
(argumentasi) dengan manhaj sahabat.
[4]. Al-Uzaa'iy Rahimahullah berkata : Sabarkan (tetapkan) dirimu diatas
Sunnah, berhentilah dimana kaum (para sahabat) berhenti, katakanlah apa
yang mereka katakan dan diamlah terhadap yang telah mereka diamkan
serta berjalanlah di jala As-Salaf Ash-Shalih, karena mereka mencukupkan
kamu apa yang telah mencukupkan mereka. [9]
[Disalin dari Kitab Limadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy, edisi
Indonesia Mengapa Memilih Manhaj Salaf (Studi Kritis Solusi Problematika
Umat) oleh Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilaly, terbitan Pustaka
Imam Bukhari, penerjemah Kholid Syamhudi]
__________
Foote Note.
[1]. Agar mereka meminta ampunan darinya, karena barangsiapa yang
menghitung kejelekannya maka akan mendorongnya untuk bertaubat kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala
[2]. Hadits ini memiliki jalan lain dari Abdillah bin Mas'ud dikeluarkan
oleh Ahmad 1/404 dengan sanad yang baik. Dan demikian juga diriwayatkan
dari sejumlah sahabat.
[3]. Lihat Takhrij dan fiqih perdebatan ini dalam kitab saya " Al-Bid'ah
wa Atsaruha Asayi' fi Al-Ummah hal, 29-33, cetakan ketiga.
[4]. Nisbat kepada Harura' yaitu sebuah desa berjarak dua mil dari
Kuffah, dia menjadi tempat pertama berkumpulnya kaum Khawarij yang
menyelisihi Ali bin Abi Thalib, lalu dinisbatkan kepadanya. Lihat Mu'jam
Al-Buldan 3/345 dan Allubaab fi Tahdzibil Ansaab 1/359
[5]. Sebagai pembenaran terhadap khabar Rasulullah tentang mereka.
[6]. Demikianlah hukum terhadap kelompok pembangkan : wanita-wanita
mereka tidak ditawan dan tidak dibagi-bagikan fa'inya, tidak dibunuh
orang-orang yang luka dari mereka dan tidak dikejar orang-orang yang
lari serta tidak dimulai memeranginya sebelum mereka melakukannya.
[7]. Dan hadits ini memiliki syahid dan hadits Bara' bin Aaziib
dikeluarkan oleh Bukhariy 5/303-304 (fath) dan Muslim 12/134-138
(Nawawiy) dan syahid dari hadits Anas dikeluarkan oleh Muslim 12/138-139
(Nawawiy).
[8]. Shahih, lihat takhrijnya dalam kitab : Munaadzaraatussalaf Ma'a
Hizbi Iblis wa Afrokhil Kholaf, hal.95 penerbit Dar Ibnil Jauziy, Damam
[9]. Al-Aajuriy dalam Asy-yariat, hal 58
0 komentar:
Post a Comment