Oleh
Dr. Fadhl Ilahi
Diantara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah itsighfar (memohon
ampun) dan taubat kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Menutupi
(kesalahan). Untuk itu, pembahasan mengenai pasal ini kami bagi menjadi
dua pembahasan.
1. Hakikat Istighfar dan Taubat
2. Dalil Syar'i Bahwa Istighfar Dan Taubat Termasuk Kunci Rizki.
HAKIKAT ISTIGHFAR DAN TAUBAT
Sebagian besar orang menyangka bahwa istighfar dan taubat hanyalah cukup dengan lisan semata. Sebagian mereka mengucapkan.
أَسْتَغْفِرُ اللّّهَ وَ أَتُوْبُ إِلَيْهِ
"Aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya".
Tetapi kalimat-kalimat diatas tidak membekas di dalam hati, juga tidak
berpengaruh dalam perbuatan anggota badan. Sesungguhnya istighfar dan
taubat jenis ini adalah perbuatan orang-orang dusta.
Para ulama -semoga Allah memberi balasan yang sebaik-baiknya kepada mereka- telah menjelaskan hakikat istighfar dan taubat.
Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani menerangkan : "Dalam istilah syara', taubat
adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah
dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha
melakukan apa yang bisa diulangi (diganti). Jika keempat hal itu telah
terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna" [1]
Imam An-Nawawi dengan redaksionalnya sendiri menjelaskan : "Para ulama
berkata, 'Bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat
(dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya
dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga. Pertama, hendaknya ia
menjauhi maksiat tersebut. Kedua, ia harus menyesali perbuatan
(maksiat)nya. Ketiga, ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya
lagi. Jika salah satunya hilang, maka taubatnya tidak sah.
Jika taubatnya itu berkaitan dengan hak manusia maka syaratnya ada
empat. Ketiga syarat di atas dan Keempat, hendaknya ia membebaskan diri
(memenuhi) hak orang tersebut. Jika berbentuk harta benda atau
sejenisnya maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman)
tuduhan atau sejenisnya maka ia harus memberinya kesempatan untuk
membalasnya atau meminta ma'af kepadanya. Jika berupa ghibah
(menggunjing), maka ia harus meminta maaf"[2]
Adapun istighfar, sebagaimana diterangkan Imam Ar-Raghib Al-Asfahani
adalah " Meminta (ampunan) dengan ucapan dan perbuatan. Dan firman
Allah.
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun" [Nuh/71 : 10]
Tidaklah berarti bahwa mereka diperintahkan meminta ampun hanya dengan
lisan semata, tetapi dengan lisan dan perbuatan. Bahkan hingga
dikatakan, memohon ampun (istighfar) hanya dengan lisan saja tanpa
disertai perbuatan adalah pekerjaan para pendusta"[3]
DALIL SYAR’I BAHWA ISTIGHFAR DAN TAUBAT TERMASUK KUNCI RIZKI
Beberapa nash (teks) Al-Qur'an dan Al-Hadits menunjukkan bahwa istighfar
dan taubat termasuk sebab-sebab rizki dengan karunia Allah Ta'ala.
Dibawah ini beberapa nash dimaksud :
1. Apa Yang Disebutkan Allah Subhana Wa Ta'ala Tentang Nuh Alaihis Salam Yang Berkata Kepada Kaumnya.
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا﴿١٠﴾يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا﴿١١﴾وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ
وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
"Maka aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu',
sesunguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakan harta dan anak-anakmu dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai". [Nuh/71 : 10-12]
Ayat-ayat di atas menerangkan cara mendapatkan hal-hal berikut ini dengan istighfar.
• Ampunan Allah terhadap dosa-dosanya. Berdasarkan firman-Nya :
إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
"Sesungghuhnya Dia adalah Maha Pengampun".
• Diturunkannya hujan yang lebat oleh Allah. Ibnu Abbas Radhiyallahu
'anhuma berkata (مِدْرَارًا) adalah (hujan) yang turun dengan deras.[4]
• Allah akan membanyakan harta dan anak-anak, Dalam menafsirkan ayat
(وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ ) Atha' berkata : Niscaya Allah
akan membanyakkan harta dan anak-anak kalian" [5]
• Allah akan menjadikan untuknya kebun-kebun.
• Allah akan menjadikan untuknya sungai-sungai.
Imam Al-Qurthubi berkata : "Dalam ayat ini, juga yang disebutkan dalam
(Hud/11 : 3) وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ "Dan
hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhamnu dan bertaubat kepada-Nya)
adalah dalil yang menunjukkan bahwa istighfar merupakan salah satu
sarana meminta diturunkannya rizki dan hujan".[6]
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata :" Maknanya, jika kalian
bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadaNya dan kalian senantiasa
menta'atiNya, niscaya Ia akan membanyakkan rizki kalian menurunkan air
hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah
dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air
susu perahan untuk kalian, membanyakan harta dan anak-anak untuk kalian,
menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacam-macam buah-buahan
untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai diantara kebun-kebun itu
(untuk kalian)".[7]
Demikianlah, dan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu
juga berpegang dengan apa yang terkandung dalam ayat-ayat ini ketika
beliau memohon hujan dari Allah Ta'ala.
Mutharif meriwayatkan dari Asy-Sya'bi : "Bahwasanya Umar Radhiyallahu
'anhu keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Dan beliau tidak
lebih dari mengucapkan istighfar (memohon ampun kepada Allah) lalu
beliau pulang. Maka seseorang bertanya kepadanya, 'Aku tidak mendengar
Anda memohon hujan'. Maka ia menjawab, 'Aku memohon diturunkannya hujan
dengan majadih[8] langit yang dengannya diharapkan bakal turun hujan.
Lalu beliau membaca ayat.
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا﴿١٠﴾يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
"Mohonlah ampun kepada Tuhamu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat".[Nuh/71 :
10-11]. [9]
Imam Al-Hasan Al-Bashri juga menganjurkan istighfar (memohon ampun)
kepada setiap orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan,
kefakiran, sedikitnya keturunan dan kekeringan kebun-kebun.
Imam Al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata
:"Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang
kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya, 'Ber-istighfar-lah
kepada Allah!. Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka
beliau berkata kepadanya, 'Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Yang lain
lagi berkata kepadanya, 'Do'akanlah (aku) kepada Allah, agar Ia
memberiku anak!, maka beliau mengatakan kepadanya, 'Ber-istighfar-lah
kepada Allah!. Dan yang lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan
kebunnya maka beliau mengatakan (pula) kepadanya, 'Ber-istighfar-lah
kepada Allah!".
Dan kami menganjurkan demikian kepada orang yang mengalami hal yang
sama. Dalam riwayat lain disebutkan :"Maka Ar-Rabi' bin Shabih berkata
kepadanya, 'Banyak orang yang mengadukan macam-macam (perkara) dan Anda
memerintahkan mereka semua untuk ber-istighfar. [10]. Maka Al-Hasan
Al-Bashri menjawab, 'Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri.
Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh.
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا﴿١٠﴾يُرْسِلِ السَّمَاءَ
عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا﴿١١﴾وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ
لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun
dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai- sungai". [Nuh /71:
10-12] [11]
Allahu Akbar ! Betapa agung, besar dan banyak buah dari istighfar ! Ya
Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang pandai
ber-istighfar. Dan karuniakanlah kepada kami buahnya, di dunia maupun di
akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Amin,
wahai Yang Mahahidup dan terus menerus mengurus mahluk-Nya.
2. Ayat Lain Adalah Firman Allah Yang Menceritakan Tentang Seruan Hud
Alaihis Shalatu Was Sallam Kepada Kaumnya Agar Ber-istighfar.
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ
وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
"Dan (Hud berkata), Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu
bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat
atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah
kamu berpaling dengan berbuat dosa". [Hud /11: 52]
Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat yang mulia di atas
menyatakan : "Kemudian Hud Alaihis salam memerintahkan kaumnya untuk
ber-istighfar yang dengannya dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan,
kemudian memerintahkan mereka bertaubat untuk masa yang akan mereka
hadapi. Barangsiapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan
memudahkan rizkinya, melancarkan urusannya dan menjaga keadaannya.
Karena itu Allah berfirman.
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
"Niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu" [12]
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memiliki sifat
taubat dan istighfar, dan mudahkanlah rizki-rizki kami, lancarkanlah
urusan-urusan kami serta jagalah keadan-keadaan kami. Sesungguhnya
Engkau Maha Mendengar lagi Maha mengabulkan do'a. Amin, whai Dzat Yang
Memiliki keagungan dan kemuliaan.
3. Ayat Lain Adalah firman Allah.
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ
مَتَاعًا حَسَنًا إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ
فَضْلَهُ ۖ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ
كَبِيرٍ
"Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat
kepadaNya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada
waktu yang telah ditentukan, dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang
yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling,
maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat".
[Hud/11 : 3]
Pada ayat yang mulia di atas, terdapat janji-janji dari Allah Yang
Mahakuasa dan Maha Menentukan berupa kenikmatan yang baik kepada orang
yang ber-istighfar dan bertaubat. Dan maksud dari firmanNya.
يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا
"Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu".
Sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhuma
adalah. 'Ia akan menganugrahi rizki dan kelapangan kepada kalian'. [13]
Sedangkan Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan :"Inilah buah
istighfar dan taubat. Yakni Allah akan memberikan kenikmatan kepada
kalian dengan berbagai manfaat berupa kelapangan rizki dan kemakmuran
hidup serta Ia tidak akan menyiksa kalian sebagaimana yang dilakukanNya
terhadap orang-orang yang dibinasakan sebelum kalian". [14]
Dan janji Tuhan Yang Mahamulia itu diutarakan dalam bentuk pemberian
balasan sesuai dengan syaratnya. Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi
berkata :"Ayat yang mulia tersebut menunjukkan bahwa ber-istighfar dan
bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa adalah sebab sehingga Allah
menganugrahkan kenikmatan yang baik kepada orang yang melakukannya
sampai pada waktu yang ditentukan. Allah memberikan balasan (yang baik)
atas istighfar dan taubat itu dengan balasan berdasarkan syarat yang
ditetapkan".[15]
4. Dalil Lain Bahwa Istighfar Dan Taubat Adalah Diantara Kunci-Kunci Rizki
Yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa'i, Ibnu
Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhuma ia
berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ أَكْشَرَ الْاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ
فَرَجَا، وَمِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَ جًَا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْشُ لاَ
يَحْتَسِبُ
"Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah)[16]
niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan
untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rizki
(yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka [17]".
Dalam hadits yang mulia ini, Nabi yang jujur dan terpercaya, yang
berbicara berdasarkan wahyu, Shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan
tentang tiga hasil yang dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak
istighfar. Salah satunya yaitu, bahwa Allah Yang Maha Memberi rizki,
Yang Memiliki kekuatan akan memberikan rizki dari arah yang tidak
disangka-sangka dan tidak diharapkan serta tidak pernah terdetik dalam
hatinya.
Karena itu, kepada orang yang mengharapkan rizki hendaklah dia bersegera
untuk memperbanyak istighfar (memohon ampun), baik dengan ucapan maupun
dengan perbuatan. Dan hendaknya setiap muslim waspada!, sekali lagi
hendaknya waspada! dari melakukan istighfar hanya sebatas dengan lisan
tanpa perbuatan. Sebab ia adalah pekerjaan para pendusta.
[Disalin dari kitab Mafatih ar-Rizq fi Dhau’ al-Kitab was-Sunnah,
Penulis DR Fadhl Ilahi, Edisi Indonesia Kunci-Kunci Rizki Menurut
Al-Qur’an dan As-Sunnah, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. Penerbit
Darul Haq- Jakarta]
_______
Footnote.
[1]. Al-Mufradat fi Gharibil Qur'an, dari asal kata " tauba" hal. 76
[2]. Riyadhus Shalihin, hal. 41-42
[3]. Al-Mufradat fi Gharibil Qur'an, dari asal kata "ghafara" hal. 362
[4]. Shahihul Bukhari, Kitabul Tafsir, surat Nuh 8/666
[5]. Tafsir Al-Bagawi, 4/398. Lihat pula, Tafsirul Khazin, 7/154
[6]. Tafsir Al-Qurthubi, 18/302. Lihat pula, Al-Iklil fis Tinbathil Tanzil, hal. 274, Fathul Qadir, 5/417
[7]. Tafsir Ibnu Katsir, 4/449
[8]. Majadih bentuk tunggalnya adalah majdah yakni salah satu jenis
bintang yang menurut bangsa Arab merupakan bintang (yang jika muncul)
menunjukkan hujan akan turun. Maka Umar Radhiyallahu 'anhu menjadikan
istighfar sama dengan bintang-bintang tersebut, suatu bentuk komunikasi
melalui apa yang mereka ketahui. Dan sebelumnya mereka memang menganggap
bahwa adanya bintang tersebut pertanda akan turun hujan, dan bukan
berarti Umar berpendapat bahwa turunnya hujan karena bintang-bintang
tersebut. (Tafsir Al-Khazin, 7/154)
[9]. Op.Cit 7/154. Lihat pula Ruh al-Ma'ani 29/72
[10]. Tafsir Al-Khazin, 7/154. Lihat pula, Ruhul Ma'ani, 29/73
[11]. Tafsir Al-Qurthubi, 18/302-303. Lihat pula Al-Muharrar Al-Wajiz, 16/123
[12]. Tafsir Ibnu Katsir, 2/492. Lihat pula, Tafsir Al-Qurthubi, 9/51
[13]. Zaadul Masiir, 4/75
[14]. Tafsir Al-Qurthubi, 9/403. Lihat pula, Tafsir Ath-Thabari,
15/229-230, Tafsir Al-Baghawi. 4/373, Fathul Qadir, 2/695 dan Tafsir
Al-Qasimi, 9/63
[15]. Adhwa'ul Bayan, 3/9
[16]. "Barangsiapa memperbanyak istighfar " مَنْ أَكْشَرَ
الْاِسْتِغْفَارَ Dalam riwayat lain disebutkan مَنْ لَزِمَ
الْاِسْتِغْفَارَ "Barangsiapa menetapi - dalam riwayat lain - tidak
meninggalkan istighfar". Lihat, Sunan Abi Daud, 4/267, Sunan Ibni Majah,
2/339. Dan maknanya, sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Abu Ath-Thayyib
Al-Azhim Abadi yaitu saat terjadinya maksiat atau adanya ujian atau ada
orang yang penyakitnya terus menerus, maka sungguh dalam setiap nafas
ia membutuhkan kepadanya (istighfar dan taubat). Karena itu Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
طُوْبَى لِمَنْ وَجَدَ فِيْ صَحِيْفَتِهِ اسْتِغْفَارَا كَِشِيْرًا
"Beruntunglah orang yang mendapati dalam shahifah (catatan amalnya)
istighfar yang banyak". (Hadist Riwayat Ibnu majah dengan sanad hasan
shahih). (Aunul Ma'bud, 4/267)
[17]. Al-Musnad, no. 2234, 4/55-56 dan lafazh tersebut adalah redaksi
miliknya ; Sunan Abi Daud, Abwabu Qiyamil Lail, Tafri'u Abwabil Witr,
Bab Fil Istighfar, no. 1515, 4/267 ; Kitabus Sunan Al-Kubra, Kitabu
Amalil Yaumi wal Lalilah, no 10290/2,6/118 ; Sunan Ibni Majah, Abwabul
Adab, Bab Al-Istighfar, no. 3864, 2/339 ; Al-Mustadrak 'alash Shahihain,
Kitabut Taubah wal Inabah, 4/292.
Sebagian ahli hadits menyatakan hadits ini dha'if karena salah satu
periwayatnya (cacat). (Lihat, At-Talkhish, Al-Hafizd Adz-Dzahabi, 4/262 ;
Aunul Ma'bud, 4/267 ; Dha'ifu Sunan Abi Daud, Syaikh Al-Albani, hal.
149) Tetapi sanad hadits tersebut dishahihkan oleh Imam Al-Hakim (Lihat,
Al-Mustadrak, 4/262). Dan Syaikh Ahmad Muhammad Syakir berkata : "Sanad
hadits ini shahih" (Hamisy Al-Musnad, 4/55). Demikian sebagai jawaban
atas apa yang dikatakan tentang salah seorang perawinya. Wallahu a'lam
bish shawab.
0 komentar:
Post a Comment