Oleh
Ustadz Ashim bin Musthofa Lc
Saling memberikan hadiah termasuk perkara yang dianjurkan oleh Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasa cinta dan kasih akan terjalin lebih
kuat melalui hadiah-hadiah yang diberikan. Perasaan benci dan kaku akan
sirna. Hubungan menjadi cair dan tambah akrab antara dua orang Muslim
tatkala seseorang dari mereka menyodorkan hadiah kepada yang lain.
Pertanyaan yang muncul, apakah hadiah materi
merupakan hadiah yang
terbaik dan paling berharga bagi orang lain?. Mari kita tengok pandangan
Sahabat Radhiyallahu anhum tentang hadiah yang terbaik melalui hadits
berikut ini.
Imam al-Bukhâri rahimahullah meriwayatkan hadits dalam Shahîhnya melalui
jalur ‘Abdur Rahmân bin Abi Lailâ rahimahullah. Ia mengatakan:
لَقِيَنِيْ كَعْبُ بْنُ عُجْرَةٍ فَقَالَ: أَلَا أُهْدِيْ لَكَ هَدِيَّةً
سَمِعْتُهَا مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . فَقُلْتُ
:"بَلَى فَأَهْدِهَا إِلَيَّ". فَقَالَ :"سَأَلْنَا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْنَا: " يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ
الصَّلَاةُ عَلَيْكَمْ أَهْلَ الْبَيْتِ؟ فَإِنَ الله َ عَلَّمَنَا كَيْفَ
نُسَلِّمُ "
Ka’b bin ‘Ujrah Radhiyallahu anhu menjumpaiku, lalu ia berkata, ‘Maukah
kamu aku beri hadiah yang aku dengar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam . Maka, aku menjawab, “Ya. Hadiahkanlah itu kepadaku”. Kemudian
ia berkata, “Kami bertanya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kami mengatakan, ‘Wahai Rasûlullâh, bagaimanakan mengucapkan shalawat
kepada engkau wahai Ahlil Bait?. (Karena) sesungguhnya Allâh Azza wa
Jalla telah mengajarkan kepada kami untuk mengucapkan salam kepada
(engkau)’.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ucapkanlah oleh kalian
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ، اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.”
Dalam teks hadits di atas, ada dialog menarik antara ‘Abdur Rahmân bin
Abi Lailâ rahimahullah dari generasi Tabi’in dan Ka’b bin ‘Ujrah
Radhiyallahu anhu, seorang Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dialog yang berisi tawaran hadiah oleh Ka’b Radhiyallahu anhu kepada
‘Abdur Rahman bin Abi Laila rahimahullah. Akan tetapi, hadiah yang
dimaksud bukanlah hadiah berupa materi duniawi, namun berujud sebuah
hadits dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Mari kita simak ulasan
Syaikh ‘Abdul Muhsin al-’Abbâd tentang hadits ini dan relevansinya
dengan kunci kemenangan umat Islam.
Beliau hafizhahullâh mengatakan (dengan bahasa bebas), “Perkataan Ka’b
bin ‘Ujrah Radhiyallahu anhu kepada Ibnu Abi Lailâ rahimahullah,
“‘Maukah kamu aku beri hadiah yang aku dengar dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam “, menunjukkan bahwa hadits-hadits Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengetahui Sunnah beliau dan
pengamalannya merupakan perkara paling penting menurut mereka dan paling
disukai oleh hati mereka. Oleh karena itu, Ka’b Radhiyallahu anhu
mengutarakan apa yang diungkapkannya sebagai hadiah itu untuk
mengingatkan tentang pentingnya perkara yang akan ia sampaikan kepada
Ibnu Abi Lailâ rahimahullah supaya ia siap untuk memahaminya dan
mempersiapkan diri menerima dan menguasainya.
Ketika generasi Salaf amat besar atensi mereka terhadap Sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, antusias untuk menyebarkannya, dan hal
itu menjadi hadiah paling berharga mereka disebabkan kecintaan mereka
terhadap Sunnah Nabi dan semangat mereka untuk mengamalkannya, maka
mereka pun menjelma pemimpin-pemimpin umat manusia dan menjadi obyek
perhatian pandangan dunia. Kemenangan terhadap musuh menyertai mereka.
Begitu juga kekuatan dan dominasi menjadi milik Islam dan kaum Muslimin.
Sebagaimana Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allâh, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. [Muhammad/47:7].
Berbeda keadaannya dengan realita yang kita saksikan pada kaum Muslimin
hari ini yang menyedihkan hati, karena tidak ada saling menolong di
antara mereka, mereka dalam keadaan bercerai-berai, kurang perhatian
terhadap ajaran syariat dan jauh darinya, kecuali orang-orang yang Allâh
Azza wa Jalla rahmati yang jumlahnya tidak banyak.
Karena umat Islam sekarang ini demikian keadaannya, maka musuh-musuh
mereka tidak memperhitungkan dan tidak pula memikirkan mereka sama
sekali. Umat Islam takut terhadap musuh, setelah sebelumnya para
pendahulu mereka amat ditakuti musuh. Para pendahulu umat telah berhasil
melumpuhkan pusat kekuasaan musuh, demikian pula orang-orang yang
terdidik oleh mereka.
Apabila seorang Muslim yang cerdas mencermati kandungan hadits mulia ini
yang berupa tingginya nilai Sunnah dalam jiwa generasi Salafus Shalih
dan agungnya kedudukan Sunnah dalam jiwa mereka, dan Sunnah menjadi
bingkisan berharga dari mereka, lalu ia mengalihkan pandangan kepada
keadaan kebanyakan orang yang mengaku beragama Islam sekarang ini dan
kondisi mereka yang kurang perhatian terhadap syariat dan hidup dengan
acuan yang lain, maka ia akan mengetahui rahasia generasi para pendahulu
berhasil mengalahkan musuh-musuh meski jumlah personel dan peralatan
perang mereka minim, sementara umat Islam sekarang kalah di hadapan
musuh, meski jumlah mereka banyak.
Tidak akan tegak kekuatan bagi kaum Muslimin hingga mereka mau kembali
kepada al-Qur`an dan Sunnah, dan membuang undang-undang nista produk
manusia dan kebijakan-kebijakan lain yang berasal dari luar Islam dan
kemudian dilanjutkan dengan membersihkan jiwa-jiwa mereka dan negeri
mereka darinya”. [1]
Hadits ini menjadi dasar penting tentang pemberian hadiah berupa ilmu
yang bermanfaat. Hadiah yang berisi paparan tentang kebenaran, ajakan
untuk mengikuti kebenaran dan peringatan dari perkara yang dilarang
syariat manfaatnya sangat luas dan pahalanya sebanyak orang yang
mengikutinya. [2]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهْمْ شَيْئًا
“Barang siapa mengajak kepada petunjuk lurus, maka baginya pahala
sebanyak pahala orang-orang yang mengikutinya”. [HR. Muslim no.2674].
Atas dasar keterangan singkat di atas, mari kita meniru langkah generasi
Salaf dalam menyebarluaskan ilmu sebagai hadiah dan bingkisan paling
berharga bagi umat. Aktifitas ‘bagi-bagi hadiah’ bisa dipraktekkan
secara sederhana dengan menghadiahkan buku-buku saku, atau bahkan
lembaran bulletin yang berisi doa-doa dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam , ajaran-ajaran Ahli Sunnah wal Jamaah yang mengagungkan Sunnah
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memperingatkan umat dari syirik,
bid’ah dan kekeliruan lainnya.
Wallâhu a’lam.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XVIII/1436H/2014M.
Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Kutub wa Rasâilu ‘Abdil Muhsin al-‘Abbâd al-Badr Vol II, hlm.560-561
[2]. Lihat al-Intishâru li Ahlis Sunnah wal Hadîts fî Raddi Abâthîli
Hasan al-Mâliki, Syaikh ‘Abdil Muhsin al-‘Abbâd al-Badr, Cet.I,
Thn.1424H, hlm. 10
0 komentar:
Post a Comment